Pelajaran Pertama (Falsafah Ajaran K.H. Ahmad Dahlan)
Pelajaran
Pertama
Fatwa K.H. Ahmad Dahlan
r.a :
Kita manusia ini,
hidup di dunia hanya sekali, untuk bertaruh. Sesudah mati akan mendapat
kebahagiaankah atau kesengsaraankah? Kerap kali beliau mengutarakan perkataan
ulama :
“Manusia itu semuanya mati (mati perasaannya) kecuali para ulama,
yaitu orang–orang yang berilmu. Dan ulama–ulama itu dalam kebingungan, kecuali
mereka yang beramal. Dan mereka yang beramal pun semuanya dalam kekhawatiran
kecuali mereka yang ikhlas dan bersih”.
Keterangan : Coba
buktikanlah. Fikirkanlah dan lihatlah nyata bahwa : Tiap–tiap manusia masing–masing
tertarik dan merasakan hal–hal yang sedang meliputi dirinya dan disitulah
mereka mempunyai kepentingan sendiri–sendiri. Hingga mereka lupa tidak ingat
akan nasibnya di kemudian hari.
Kebanyakan manusia
tidak memikirkan nasibnya sesudah mati karena tergila–gila merasakan kesenangan
atau tenggelam merasakan kesusahan, hingga mati perasaannya tidak dapat
memikirkan dan merasakan bagaimana nasibnya dikemudian hari bahagiakah atau
sengsarakah?
Hidup manusia
adalah seperti seorang yang berdiri diatas pagar sumur, tanah dibawahnya telah
rebah, lagi pula didalam sumur tersebut ada seekor ular yang sangat besar.
Orang yang berdiri diatas pagar sumur sumur itu tidak mengetahui bahwa dia
dalam keadaan yang demikian itu. Dia berpegang pada tali timba di atas sumur
yang hamper putus karena dimakan tikus. Jika akhirnya tali itu putus pasti dia
jatuh kedalam sumur menjadi mangsa ular yang sangat besar tadi. Tapi orang tadi
mukanya menentang ke atas, lidahnya menjilat madu, dia hanya tertarik merasakan
manisnya madu, lengah bahwa tali itu pasti putus, lupa bahwa dia diatas sumur
yang didalamnya terdapat seekor ular yang sangat besar.
Begitulah gambaran
manusia hidup didunia, yaitu manusia hanya akan tertarik menrasakan manis dan
lezatnya madu yang baru meliputinya, lupa kepada tali yang dipegang bahwa tali
itu pasti putus. Artinya : manusia lupa bahwa bertambah hari, makin berkurang
umurnya, dan makin dekat dengan kepada saat kematiannya. Keadaan sumur itu
menjadi gambaran : didalam sumur ada ularnya yang sangat besar artinya : ada
bahaya yang sangat besar.
Saya ulangi
perkataan : hidup didunia hanya sekali buat tebakan, hidup sekali buat
pertaruhan. Itu jelasnya demikian :
- Golongan orang–orang yang belum
mendapat ajaran agama, atau menolak ajaran agama, tergesa–gesa mengambil
keputusan akan menemui kejadian apapun tidak ada pengusutan dan tidak ada
pembalasan pahala dan hukuman.
- Menurut ajaran para nabi, para Rasul
dan terutama ajaran nabi Muhammad saw berganti–ganti, terus–menerus hingga
sekarang ini, mereka umat islam mengambil keputusan bahwa manusia itu ada
asal usulnya, sesudah mati akan menerima akibat pahala ataupun hukuman.
Terhadap orang–orang yang berbuat salah, buruk tingkah lakunya akan
mendapatkan hukuman dan siksa yang sangat pedih. Kalau hidupnya yang
sekali itu sampai sesat, keliru apalagi sampai salah kepercayaan dan
tingkah lakunya pasti akan salah terka, akan rugi, celaka dan sengsara
selama – lamanya.
Bertalian
dengan pelajaran pertma ini, didekat meja tulis K.H. Ahmad Dahlan tertpampang
papan tulis. Pada papan tersebut suatu peringatan yang khusus untuk beliau yang
selalu diperhatikan siang dan malam. Peringatan itu berbunyi demikian :
“Hai Dahlan!! Sungguh bahaya
yang menyusahkan itu terlalu besar demikian pula perkara–perkara yang
mengejutkan di depanmu, dan pasti kau akan menemui kenyataan demikian itu,
mungkin engkau selamat tetapi juga mungkin tewas menemui bahaya.
Hai Dahlan !! coba bayangkanlah seolah–olah badanmu sendiri hanya
berhadapan dengan Allah saja dan dihadapanmu ada bahaya maut, peradilan, hisab
atay peperiksaan, surga dan neraka. (hitungan yang akhir itulah yang
menentukan nasibmu). Dan fikirkanlah, renungkanlah apa–apa yang mendekati kau
dari pada sesuatu yang ada dimukamu (bahaya maut) dan tinggalkanlah selain itu”.
Selanjutnya ada lagi tulisan demikian : “Mereka sangat tertarik kepada
dunia karena mendapatkan Ijazah tanpa sekolah, tetapi mereka yang bersekolah
karena senang kepada akhirat selalu tidak naik kelas, padal sungguh–sungguh
belajarnya. Ini
menggambarkan orang yang celaka, sengsara didunia dan diakhirat karena tidak
mau mengekang hawa nafsunya.
“Mengertikah kau, akan orang
yang meng-Tuhan-kan Hawanafsunya???”
Sering
setiap teman–teman K.H. Ahmad Dahlan sedang berkumpul, beliau memberikan peringatan
demikian : “Lengah, Kalau sampai terlanjur terus–menerus lengah, tentu akan
sengsara di dunia dan akhirat. Maka dari itu jangan sampai lengah kita harus
berhati–hati. Sedangkan orang yang mencari kemuliaan didunia saja, kalau hanya
seenaknya tidak bersungguh–sungguh tidak akan berhasil, apalagi mencari
keselamatan dan kemuliaan di akhirat. Kalau hanya seenaknya sungguh tidak akan
berhasil”.
Pada
suatu hari K.H. Ahmad Dahlan memberi fatwa demikian :
“Bermacam–macam
corak–ragamnya mereka mengajukan pertanyaan demikian : harus bagaimanakah
supaya diriku selamat dari api neraka? Harus mengerjakan perintah apa? Beramal
apa? Menjauhi dan meninggalkan apa?
Pernyataan
K.H. Ahmad Dahlan :
“Orang
yang sedang tersangkut perkara criminal, dia takut akan dijatuhi hukuman
penjara. Menunggu–nunggu putusan hakim pengadilan negeri, karena takut hukuman
penjara. Siang dan malam selalu termenung, sampai makan tidak enak, tidur tidak
nyenyak. Selalu gelisah dan kesana kemari mencari Advocat atau pokrol.
Tentu saja orang mukmin yang takut akan bahaya maut,
takut akan diusut perbuatannya, takut akan diputus perkaranya, takut akan
adanya pembalasan berupa siksa atau hukuman, pasti selalu harus bingung mencari
usaha bagaimana caranya mendapat keselamatan, harus kemana–mana bertanya,
bagaimana supaya dapat selamat. Tidak cukup hanya kira– kira dan diputusi
sendiri. Ingatlah : hanya sekali hidup di dunia untuk bertaruh”.
Seumber: Falsafah Ajaran K.H. Ahmad Dahlan, Oleh : K.R.H. Hadjid, edisi Revisi tahun 2004