Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Munculnya Air Zam-zam

Kisah Munculnya Air Zam-zam, Sudah Tahu? Bukan Hoax ini! Anda pernah pergi haji atau umrah? Jika iya, bisa dinyatakan tapi dengan pertanyaan: "Anda pernah minum air zam-zam ya?" Atau malah sehari-hari Anda mengkonsumsi air zam-zam?
Kisah Munculnya Air Zam-zam, Sejarah Munculnya Air Zam-zam

Bahkan yang belum pernah ke Makkah untuk haji atau umrah saja kebanyakan mungkin sudah pernah minum air zam-zam ini. Seringnya dikasih oleh orang-orang yang baru pulang dari tanah haram atau pulang dari Saudi Arabia. Entah haji, umrah, kerja, dan yang lainnya. Atau bisa jadi juga air zam-zam beli sendiri.

Jika sudah pernah minum air zam-zam, sekarang pertanyaannya: "Tahukah sejarah munculnya air zam-zam ini?". Air zam-zam adalah air yang "istimewa". Air yang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala diberikan keistimewaan bagi peminumnya. Zam-zam sesuai dengan tujuan orang yang ingin meminumnya.

Kisah Munculnya Air Zam-zam

Berikut ini hadits cukup panjang dalam Riyadhus Sholihin karya Imam Nawawi yang diriwayatkan oleh imam Bukhari. Berikut terjemah haditsnya. Selamat membaca, semoga bermanfaat.

Baca juga:

"Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya:
"Ibrahim a.s. datang - di Makkah yang dulu disebut Faran -dengan membawa ibunya Ismail - yakni Hajar - serta anaknya lelaki yakni Ismail. Ibunya itu menyusui anaknya, sehingga Ibrahim a.s. menempatkan isterinya itu di dekat Baitullah, di sisi sebuah pohon besar yang ada di sebelah atas Zamzam yaitu di Masjidul Haram yang sebelah atas sendiri.

Di Makkah pada saat itu belum ada seorangpun dan di situ tidak pula ada airnya. Di situlah Ibrahim a.s. menempatkan isteri dan puteranya. Di sisi kedua orang ini olehnya diletakkanlah suatu wadah - dari kulit - berisi kurma dan sebuah tempat air yang berisi air. Ibrahim a.s. lalu membelakang - yakni meninggalkan Hajar dan Ismail - terus berangkat. Ibu Ismail mengikuti suaminya, lalu berkata: "Ke manakah anda hendak pergi dan mengapa anda meninggalkan kita di lembah ini, tanpa ada seseorangpun sebagai kawan dan tidak ada sesuatu apapun?" Hajar berkata demikian itu berulang kali, tetapi Ibrahim a.s. samasekali tidak menoleh kepada-nya.

Kemudian Hajar berkata: "Adakah Allah yang memerintahkan anda berbuat semacam ini?" Ibrahim a.s. menjawab: "Ya." Hajar berkata: "Kalau demikian, pastilah Allah tidak akan menyia-nyiakan nasib kita." Ibu Ismail lalu kembali ke tempatnya semula. 

Ibrahim a.s. berangkatlah, sehingga sewaktu beliau itu datang di Tsaniyah - di daerah Hajun, di sesuatu tempat yang tidak dilihat oleh mereka - yakni Hajar dan anaknya, kemudian menghadap kiblat dengan wajahnya yakni ke Baitullah, terus berdoa dengan doa-doa yang tersebut di bawah ini. Beliau a.s. mengangkatkan kedua tangannya, lalu mengucapkan, sebagaimana yang tersebut dalam al-Quran, yang artinya: "Ya Tuhanku, sesungguhnya saya menempatkan keturunanku di suatu lembah yang tiada berpohon -yakni tandus," sampai pada: "semoga mereka itu bersyukur."

Ibu Ismail menyusui Ismail dan minum dari air yang ditinggalkan itu, sehingga setelah habislah air yang ada di tempat air dan iapun haus, juga anaknyapun haus pula. Ibu itu melihat anaknya ber-gulung-gulung di tanah, atau katanya: bergulat dengan tanah sambil memukul-mukulkan dirinya di atas tanah itu, lalu ibunya itu ber-angkat karena tidak tahan melihat keadaan anaknya semacam itu. Hajar melihat sekelilingnya dan tampaklah olehnya bahwa Shafa adalah sedekat-dekat gunung di bumi yang ada di samping dirinya, iapun lalu menuju ke puncak gunung ini dan berdiri di atasnya, kemudian ia menghadap ke lembah, melihat di situ, kalau-kalau dapat melihat seseorang manusia, tetapi tidak ada. Selanjutnya ia turun dari Shafa, sehingga setelah ia sampai di lembah lagi, iapun mengangkat gamisnya, terus berjalan lagi bagaikan jalannya se-seorang yang sedang dalam kesukaran - yakni berlari-lari, sehingga lembah itu dilampauinya, kemudian mendatangi Marwah, berdiri di atas puncak Marwah ini, menengok ke lembah, kalau-kalau ada seseorang manusia yang dapat dilihat olehnya. Tetapi tidak ada, sehingga Hajar mengerjakan sedemikian itu sebanyak tujuh kali -yakni pergi bolak-balik antara Shafa dan Marwah."

Ibnu Abbas berkata: "Nabi s.a.w. bersabda: "Oleh sebab itu para manusia - dalam mengerjakan ibadat haji meneladan kelakuan Hajar tersebut, bersa'i - yakni berlari-lari kecil - antara Shafa dan Marwah." Keduanya ini bukan gunung yang sebenarnya, tetapi hanyalah tanah yang agak meninggi letaknya.

Ibnu Abbas melanjutkan keterangannya:
"Setelah ia berada di atas Marwah - yakni tujuh perjalanan yang terakhir, lalu ia mendengar suatu suara. Kemudian ia berkata: "Diamlah" yang dimaksudkan ialah kepada dirinya sendiri - yang disuruh diam untuk memperhatikan suara apa itu. Selanjutnya didengarlah dengan penuh perhatian, lalu sekali lagi dapat di-dengarnya suara tersebut. Iapun terus berkata: "Anda telah memperdengarkan suara kepada saya, maka segerakanlah memberikan pertolongan kepada kita, jikalau memang sengaja akan memberikan pertolongan."

Tiba-tiba di situ tampaklah oleh Hajar ada seorang malaikat di dekat tempat sumur zamzam - yang di waktu itu belum keluar airnya. Malaikat itu meneliti dengan kakinya, atau katanya: Dengan sayapnya, sehingga keluarlah airnya. Hajar mulai bekerja membuat tempat air itu bagaikan bentuk danau - yang dibulatkan - dan dengan tangannya ia mengerjakan itu sedang mulutnya mengucapkan: "Ah, beginilah yang saya harapkan." Hajar menciduk air itu dan meletakkannya dalam tempat airnya. Air zamzam itu terus menyumber dengan derasnya setelah diciduk olehnya."

Dalam riwayat lain disebutkan: "Dengan sekedar cidukan yang dilakukan oleh Hajar."

Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma berkata: "Nabi s.a.w. bersabda: "Semoga Allah memberikan kerahmatanNya kepada ibu Ismail, andaikata ia meninggalkan zamzam itu - yakni tidak diciduk-nya, niscaya akan meluap airnya ke seluruh bumi."

Atau sabdanya: "Andaikata ibu Ismail itu tidak menciduk air zamzam tadi, niscayalah zamzam itu akan merupakan mata air yang dapat mengalir hebat - yakni dapat memenuhi seluruh permukaan bumi."

Ibnu Abbas melanjutkan: "Ibu Ismail lalu minum dan dapat lagi menyusui anaknya."

Malaikat berkata kepadanya: "Janganlah anda takut akan binasa di sini, sebab di sini nanti akan didirikanlah sebuah Rumah Allah -yakni Baitullah yaitu Ka'bah. Yang mendirikan ialah anak ini beserta ayahnya. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang berbakti kepada Allah - yang tentu menginginkan berziarah ke Baitullah ini."

Tempat Baitullah itu meninggi di atas bumi, bagaikan tanah tinggi, yang akan didatangi oleh beberapa banjir, lalu merusak sebagian kanan dan sebagian kirinya.

Demikianlah keadaan Hajar dengan anaknya, sehingga pada suatu ketika berlalulah di tempat mereka itu sekelompok kawanan yang sedang mengadakan perjalanan dari golongan suku Jurhum. Atau yang datang itu adalah sekeluarga dari golongan suku Jurhum yang menuju ke suatu tempat
dari jalan Kada'. Mereka turun -yakni berhenti - di bagian bawah kota Makkah. Mereka melihat ada burung sedang terbang seolah-olah mengelilingi air. Kata mereka: "Burung ini pastilah terbang mengelilingi suatu mata air. Niscayalah tempat keamanan kita adalah di lembah ini, sebab ada air di tempat itu. Selanjutnya dikirimkanlah seseorang atau dua orang utusan yang dapat berlari cepat menuju lembah tersebut dan mereka benar-benar dapat menemukan tempat air. Utusan-utusan itu kembali terus memberitahukan kepada orang-orang Jurhum. Mereka semua datang mendekati dan di waktu itu ibu Ismail sedang ada di tempat air tersebut. Mereka berkata: "Apakah anda suka mengizinkan kita kalau berdiam saja di sisi anda di sini?" la menjawab: "Baiklah, tetapi samasekali engkau semua tidak ada hak atas air ini." Mereka berkata: "Baiklah."

Kedatangan orang-orang Jurhum itu berkenan sekali dalam hati ibu Ismail, karena sebenarnya ia senang untuk berkawan. Orang-orang Jurhum itu menyuruh semua keluarganya supaya datang di situ dan akhirnya semuanyapun berdiam di situ, bersama-sama. Di antara orang-orang Jurhum itu banyak yang ahli dalam ilmu persyairan - yakni puisi dan kesusasteraan bahasa Arab. Anak Hajar -yakni Ismail - makin hari makin besar dan belajar bahasa Arab dari mereka. Anak ini menimbulkan kegembiraan serta
membuat mereka menjadi takjub setelah ia tumbuh sebagai seorang pemuda.

Setelah Ismail cukup dewasa, mereka mengawinkannya dengan seseorang wanita dari suku Jurhum itu. Sementara itu ibu Ismail -yakni Hajar -
wafatlah." (Riyadhus Sholihin hadits no. 1864, riwayat Bukhari)

Nah demikian kisah nyata berdasarkan hadits shahih tentang sejarah munculnya air zam-zam. Semoga bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan kita semua.

Posting Komentar untuk "Kisah Munculnya Air Zam-zam"

close