Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jelaskan pengertian Toleransi dan Sebutkan Contoh-contohnya! [Soal PAIBP Kelas 11 SMA/SMK Bab 6 Menguatkan Kerukunan melalui Toleransi dan Memelihara Kehidupan Manusia] - Kurikulum Merdeka ~ sekolahmuonline.com

Jelaskan pengertian Toleransi dan Sebutkan Contoh-contohnya! [Soal PAIBP Kelas 11 SMA/SMK Bab 6 Menguatkan Kerukunan melalui Toleransi dan Memelihara Kehidupan Manusia] - Kurikulum Merdeka ~ sekolahmuonline.com. Pembaca Sekolahmuonline, berikut ini Sekolahmuonline sajikan contoh soal yang khusus membahas tentang Pengertian Toleransi dan Contoh-contoh Toleransi. Soal ini termasuk bagian dari materi Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Kurikulum Merdeka khususnya Bab Menguatkan Kerukunan melalui Toleransi dan Memelihara Kehidupan Manusia.
Jelaskan pengertian Toleransi dan Sebutkan Contoh-contohnya! [Soal PAIBP Kelas 11 SMA/SMK Bab 6 Menguatkan Kerukunan melalui Toleransi dan Memelihara Kehidupan Manusia] - Kurikulum Merdeka

Pengertian Toleransi dan Contoh-contoh Toleransi

Kata toleransi mungkin termasuk kata yang sering kita dengar dan ucapkan atau bahkan kita tulis ketika menghadapi momen tertentu, seperti lebaran, natalan, dan lainnya. Terus, tahukah kita definisi dari toleransi itu? Apa itu toleransi? Adakah dasar atau dalil toleransi dalam Islam? Seperti apa contoh toleransi? Temukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut pada ulasan di bawah ini. 

Pengertian toleransi

Berikut ini definisi atau pengertian toleransi yang dijabarkan dalam buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kurikulum Merdeka (Merdeka Belajar). Dikaji dari sisi bahasa maupun pengertian secara istilah.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, toleransi artinya sifat toleran; batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Sifat toleran di sini maksudnya bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Toleransi dalam Bahasa Inggris disebut dengan kata tolerance yang berarti toleransi, kesabaran, dan kelapangan dada.

Sedangkan toleransi dalam bahasa Arab sebagaimana dalam Mu‘jam Maqayis al-Lughah disebut dengan istilah tasamuh (التسامح). Kata tasamuh adalah bentukan dari kata samaha (سمح), yang secara bahasa berarti lembut dan mudah.

Sedangkan menurut Dr. KH. A hsin Sakho Muhammad, tasamuh berarti berkisar antara kemurahan hati, mudah memaafkan, lapang dada, kesabaran, ketahanan emosional, menenggang rasa, menghargai, dan sebagainya.

Selain tasamuh, toleransi dalam Bahasa arab disebut dengan kata al-samhah/as-samhah (السمحة ). Menurut Ibnu Manzhur dalam Lisan al-‘Arab, samhah berarti tidak menyusahkan dan tidak memberatkan.

Berdasarkan hal tersebut samhah sama dengan moderat, yakni berada di pertengahan, tidak condong pada salah satu sisi. Kemoderatannya ditunjukkan dengan ajaran Islam yang mudah, tidak menyusahkan dan memberatkan umatnya.

Dari pengertian tersebut kata kunci dari toleransi adalah menghargai orang lain yang berbeda baik pendapat, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya dengan pendirian sendiri. Orang yang toleran adalah orang yang memiliki kesabaran, kelapangan dada, dan daya tahan.

Dasar Toleransi dalam Islam

Sedangkan dasar toleransi dalam Islam, sebagaimana hadis Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam berikut:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قِيْلَ لِرَسُوْلِ اللِّٰ صَلَّى اللُّٰ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللِّٰه قَالَ: اَلْحَنِيْفِيَّةُ السَّمْحَةُ - رواه احمد

Artinya:
“Dari Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan seseorang bertanya kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam tentang Ajaran agama Islam seperti apakah yang paling dicintai Allah? Rasulullah menjawab: "Ajaran yang al-hanifiyyah dan al-samhah.” (H.R. Ahmad)

Dari Hadis tersebut, para ulama menjelaskan bahwa dari sekian banyak ajaran agama Islam, yang paling dicintai Allah adalah ajaran al-hanifiyyah dan al-samhah.

Maksud al-hanifiyyah adalah ajaran kebaikan yang jauh dari keburukan atau kebatilan. Sedangkan al-samhah (toleran) adalah perilaku yang memudahkan, tidak mengandung ajaran yang memaksa atau memberatkan umatnya. Al-Samhah dibangun di atas prinsip kemudahan, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
“Dan Dia tidak menjadikan kesukaran bagi kalian dalam agama ini…” (Q.S. al-Hajj: 78).

Contoh-Contoh Sikap Toleransi

Untuk memantabkan pemahaman bahwa Islam mengajarkan tentang toleransi, silahkan kalian perhatikan contoh sikap toleransi yang dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan ulama’ di Indonesia.

Secara umum, dalam contoh ini dibagi menjadi dua, yaitu toleransi internal (sesama umat Islam) dan toleransi eksternal (antarumat beragama) yang dijelaskan sebagai berikut.

a) Toleransi internal umat Islam

Contoh toleransi untuk sesama umat Islam, sebagaimana dalam hadis Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam berikut ini.

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ: قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلَ اللِّٰه لاَ أَكَادُ أُدْرِكُ الصَّلاَةَ مِمَِّا يُطَوِّلُ بِنَا فُلاَنٌ فَمَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللُّٰ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَوْعِظَةٍ أَشَدَّ غَضَبًا مِنْ يَوْمِئِذٍ فَقَالَ: أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ مُنَفِّرُوْنَ فَمَنْ صَلَّى بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ فَإِنَّ فِيْهِمُ الْمَرِيْضَ وَالضَّعِيْفَ وَذَا الحَاجَةِ - رواه البخاري

Artinya:
“Diceritakan dari Abi Mas’ud al-Anshari, bahwa seorang sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, aku hampir tidak sanggup shalat yang dipimpin seseorang dengan bacaannya yang panjang.” Maka aku belum pernah melihat Nabi Saw memberi peringatan dengan lebih marah dari yang disampaikannya hari itu seraya bersabda: “Wahai manusia, kalian membuat orang lari menjauh. Maka barangsiapa shalat mengimami orang-orang ringankanlah (tidak melamakan) shalatnya. Karena di antara mereka ada orang sakit, orang lemah dan orang yang punya keperluan.” (H.R. Al-Bukhāri).

Hadis tersebut menurut Ahmad bin ‘Ali bin Hajar al-‘Asqalani bercerita tentang sahabat yang menjadi imam dan memanjangkan shalatnya (menurut sebagian ulama adalah Mu’adz bin Jabal), sehingga salah satu sahabat (menurut sebagian ulama adalah Hazm bin Ubay bin Ka’ab) melaporkan kejadian tersebut kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Hazm menceritakan bahwa karena panjangnya shalat Mu’adz, ia enggan mengikuti jama’ah, dan terkadang mengikuti shalat jama’ah tidak dari awal.

Mendengar aduan Hazm, Nabi sangat marah. Kemarahan Nabi disebabkan sebelumnya sudah ada kejadian yang serupa. Menurut sebagian ulama Nabi menampakkan kemarahannya agar para sahabat memperhatikan penjelasan Nabi sehingga kejadian tersebut tidak terulang lagi. Nabi menjelaskan bahwa yang dilakukan Mu’adz dan sahabat lain yang memanjangkan shalat ketika menjadi imam dapat menimbulkan fitnah, menjauhkan orang-orang dari agama. Kemudian Nabi memberikan panduan bagi sahabat yang akan menjadi imam, bahwa hendaknya para imam meringankan shalatnya (tidak memanjangkan shalat), karena kondisi para makmum berbeda-beda, ada yang lemah, seperti orang yang telah tua, sedang sakit, mempunyai kondisi fisik yang berbeda dari orang pada umumnya, ataupun orang yang sedang mempunyai hajat/kebutuhan lain.

Marahnya Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam bukan karena haramnya memanjangkan shalat, tetapi karena melihat kondisi makmum yang berbeda-beda. Sesungguhnya Nabi menghendaki kasih sayang dan kemudahan bagi kaumnya. Ini adalah ketentuan seseorang ketika menjadi imam. Berbeda ketika seseorang melaksanakan shalat secara munfarid (tidak berjama’ah), maka Nabi menyampaikan dalam hadis lain seseorang dipersilakan memanjangkan shalat sesuai yang dia inginkan. 

Contoh sikap toleransi lain adalah yang dilakukan ulama Indonesia KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Abdullah Faqih Maskumambang. KH. Hasyim Asy’ari menggunakan bedug di masjid Pesantren Tebuireng. Hal ini bertentangan dengan pendapat KH. Abdullah Faqih Maskumambang Gresik yang tidak menggunakan bedug di masjid pondoknya, namun menggunakan kentongan. Saat Kiai Hasyim berkunjung ke Kiai Maskumambang, Kiai Faqih yang berbeda pendapat dengan Kiai Hasyim justru memerintahkan kepada pengurus mushalla dan masjid di sekitar Maskumambang untuk sementara mengganti kentongan yang ada dengan bedug. Begitu pula dengan sebaliknya saat kiai tersebut berkunjung ke Tebuireng.

b) Toleransi antarumat beragama

Adapun tuntunan agama tentang toleransi antarumat beragama dapat ditemukan Q.S. al-Mumtahanah ayat 8 berikut ini: “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (Q.S. al-Mumtahanah/60: 8).

Dalam ayat tersebut, Allah Subhanahu wa Ta'ala menegaskan tidak melarang berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang berbeda agama yang tidak memerangi dan tidak mengusir dari tempat tinggal. Melalui ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala ingin menghilangkan keraguan umat muslim dalam kaitannya hubungan mereka dengan orang kafir yang tidak memerangi dalam hal agama dan mengusir umat muslim dari tempat tinggal mereka. 

Dengan demikian, dalam hubungan sosial seorang muslim juga dapat menjalin hubungan baik dengan orang nonmuslim. Dalam ayat ini mengajarkan agar umat muslim dapat berbuat baik dan memberikan keadilan kepada mereka. Inilah tuntunan yang diajarkan al-Qur’an dalam kaitannya membangun toleransi, saling menghargai antarumat beragama dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Contoh sikap toleransi yang dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam kepada nonmuslim tertuang dalam Hadis, yaitu:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللُّٰه عَنْهُ، قَالَ: جَاءَ الطُّفَيْلُ بْنُ عَمْرٍو إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللُّٰه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: إِنَّ دَوْسًا قَدْ هَلَكَتْ عَصَتْ وَأَبَتْ فَادْعُ اللَّٰه عَلَيْهِمْ، فَقَالَ: اَُّّٰ اهْدِ دَوْسًا وَأْتِ بِهِمْ - رواه البخاري


Artinya:
Dari Abu Hurairah r.a., bahwa al-Thufail bin ‘Amr menemui Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan menceritakan bahwa Daus (salah satu kabilah Yaman) telah durhaka dan menolak ajaran dakwahnya, dan meminta agar Nabi mendoakan mereka binasa. Lalu Nabi berdoa, “Ya Allah berilah petunjuk kepada kabilah Daus dan datangkanlah mereka bersama orang muslim (masuk Islam).” (H.R. Al-Bukhāri) 

Dalam hadis lain dijelaskan para sahabat menyangka Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam akan mendoakan kebinasaan untuk kabilah Daus. Kenyataannya justru sebaliknya, Nabi tidak mendoakan mereka binasa, tetapi mendoakan agar mereka mendapat hidayah dan masuk Islam.

Kemudian dalam hadis yang lain disebutkan:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللِّٰه رَضِيَ اللُّٰه عَنْهُمَا قَالَ: مَرَّ بِنَا جَنَازَةٌ فَقَامَ لَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللُّٰ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقُمْنَا بِهِ فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللِّٰه إِنَّهَا جَنَازَةُ يَهُوْدِيّ قَالَ: إِذَا رَأَيْتُمُ الْجَنَازَةَ فَقُومُوْا - رواه البخاري

Artinya:
“Diriwayatkan dari Jabir bin ‘Abdillah r.a., dia berkata, “Suatu ketika lewat di hadapan kami orang-orang yang membawa jenazah seorang Yahudi. Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam lalu berdiri dan kamipun segera mengikutinya. Setelah itu kami berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya yang lewat tadi adalah jenazah seorang Yahudi.” Rasulullah kemudian menjawab: Jika kamu sekalian melihat orang yang sedang lewat membawa jenazah, maka berdirilah.” (H.R. Al-Bukhāri).

Dalam hadis lain disebutkan Nabi menjawab أَلَيْسَتْ نَفْسًا (bukankah dia juga manusia). Al-Zabidi memberi penjelasan bahwa menghormati jenazah dengan cara berdiri saat iring-iringan yang membawa jenazah, merupakan hal yang dianjurkan sekalipun jenazah tersebut nonmuslim. Dengan kata lain, penghormatan Nabi dan para sahabat pada waktu itu sebenarnya didasarkan pada pertimbangan kemanusiaan. 

Kemudian untuk contoh toleransi dengan agama lain, kalian bisa belajar dari Sunan Kudus. Himbauan Sunan Kudus untuk tidak menyembelih sapi sebagai lauk di kedai-kedai makanan. Hal ini sebagai bentuk toleransi terhadap pemeluk agama lain. Himbauan tersebut sama sekali tidak mengorbankan keyakinan agama Islam, tetapi bentuk penghargaan sosial terhadap pemeluk agama lain.

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa toleransi dengan umat agama lain diperbolehkan selama berkaitan dengan hubungan sosial kemasyarakatan, sedangkan toleransi dalam hal akidah atau ibadah tidak boleh dilakukan. Hal ini didasarkan pada Q.S. al-Kāfirūn/109: 1-6 “Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir! aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah; dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah; dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah; dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah; Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”

Demikian postingan Sekolahmuonline yang membahas tentang Pengertian Toleransi dan Contoh-contohnya yang merupakan bagian dari pembahasan PAIBP Kelas 11 SMA/SMK Bab 6 Menguatkan Kerukunan melalui Toleransi dan Memelihara Kehidupan Manusia. Semoga bermanfaat. Silakan baca-baca postingan Sekolahmuonline yang lainnya.

Baca Juga Soal Pilihan Ganda dan Essay Kurikulum Merdeka lengkap dengan jawabannya bab ini:
Lengkap semua bab contoh soal pilihan ganda dan essay mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Kelas 11 SMA/SMK Kurikulum Merdeka (Merdeka Belajar) Semester Genap (Semester 2) beserta kunci jawabannya lihat pada judul-judul psotingan di bawah ini:
Lengkap Rangkuman atau Ringkasan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP) Kelas 11 SMA/SMK Semester Genap (Semester 2) Kurikulum Merdeka semua Bab lihat pada judul-judul psotingan di bawah ini:

Posting Komentar untuk "Jelaskan pengertian Toleransi dan Sebutkan Contoh-contohnya! [Soal PAIBP Kelas 11 SMA/SMK Bab 6 Menguatkan Kerukunan melalui Toleransi dan Memelihara Kehidupan Manusia] - Kurikulum Merdeka ~ sekolahmuonline.com"

close